Kolekte atau “nyampah”?

12 Juni 2024
  • Bagikan ke:
Kolekte atau “nyampah”?

Seksi Keadilan & Perdamain menyiapkan galon-galon kolekte.

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024: Peluncuran Gerakan Kolekte Sampah (GOLEKS)

Gerakan Kolekte Sampah (GOLEKS) diluncurkan secara resmi pada Minggu, 9 Juni 2024 di Ruang Gilbert, Gereja Santa Bernadet-Paroki Pinang. Gerakan ini adalah kerjasama antara:

- Gerakan Orang Muda Peduli Sampah & Lingkungan Hidup (GROPESH),

- Akademi Teknik Mesin & Industri (ATMI) Cikarang,

- Sub Seksi Lingkungan Hidup Gereja Santa Bernadet–Paroki Pinang

- Sub Seksi Lingkungan Hidup Gereja Santo Stefanus–Paroki Cilandak

- Sub Seksi Lingkungan Hidup Gereja Kalvari–Paroki Lubang Buaya

SKP Santa Bernadet bersama dengan SKP Kalvari-Lubang Buaya dan SKP St. Stefanus-Cilandak PAKAI

SKP St Bernadet bersama SKP Kalvari-Lubang Buaya dan SKP St. Stefanus-Cilandak.

Targetnya, dalam lima bulan ke depan, GOLEKS akan mengumpulkan 100 kg tutup botol plastik bekas yang akan dibuat menjadi meja belajar lipat. Meja belajar lipat ini akan disumbangkan untuk anak-anak di SD Kanisius Jimbaran, Semarang, dan anak-anak dari keluarga pra-sejahtera yang membutuhkan.

Kolekte atau “nyampah”?

Kolekte yang kita tahu, pada umumnya memang dalam bentuk uang yang diberikan melalui kantong kolekte atau transfer. Lalu, bagaimana dengan GOLEKS? Goleks mengajak kita memberikan “sumbangan” atau kolekte dalam bentuk sampah tutup botol plastik bekas. Menyumbang juga kan, hanya saja wujudnya berbeda.

5620561a-bc7b-4642-9ae3-a42916e5a0de PAKAI

Romo Kristiono Puspo dalam Misa Lingkungan Hidup Minggu, 9 Juni 2024. 

Bahkan hanya dengan sampah yang sudah telanjur kita hasilkan, kita masih tetap bisa berbagi. Idenya sangat sederhana, masih banyak dari kita yang menghasilkan sampah plastik setiap harinya, misalnya masih minum dari botol kemasan plastik. Gerakan ini mengajak kita untuk mengubah sampah yang kita hasilkan itu menjadi sesuatu yang lebih berguna, yaitu meja belajar lipat yang terbuat dari sampah tutup botol plastik. Jadi, melalui sampah, kita sungguh-sungguh berbagi kepada adik-adik dari keluarga pra-sejahtera yang membutuhkan meja belajar.

Wujud Nyata Pertobatan Ekologis

ad3db26f-9d98-4a51-a0fe-92d4cf2ede8ePAKAI

Dari hal paling sederhana: mengumpulkan tutup-tutup botol plastik.

Gerakan ini adalah wujud dari pertobatan ekologis yang cukup sederhana dan dapat langsung kita lakukan tanpa perlu menunggu. Ada banyak gerakan yang dapat kita lakukan terkait kepedulian kita terhadap lingkungan hidup. Gerakan-gerakan tersebut dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:

1. Gerakan Pencegahan

Pencegahan adalah gerakan kepedulian untuk sesuatu yang belum terjadi dan kita berharap jangan sampai terjadi. Salah satu contohnya, kita dapat mencegah terjadinya longsor dengan melakukan reboisasi hutan.

Rm Kristiono Puspo menunjukkan lukisan yang terbuat dari bahan plasti bekas PAKAI

Romo Kristiono Puspo menunjukkan lukisan yang terbuat dari bahan plastik bekas.

2. Gerakan Penanganan

Penanganan adalah gerakan kepedulian terhadap sesuatu yang tak terhindarkan tetapi bisa dikelola atau ditangani dengan baik sehingga dapat meminimalisir dampak negatif yang terjadi. Salah satunya persoalan sampah, sesedikit apapun, setiap orang masih menghasilkan residu/sampah dari kegiatannya. Sehingga meski kita juga secara aktif mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, tetapi terhadap sampah yang tetap dihasilkan, perlu dipikirkan bagaimana penanganannya.

dfb47f7b-3dc3-4aee-aec7-1163b6ad0fb7 PAKAI

Pelbagai karya kreatif dari bahan plastik bekas yang memiliki nilai ekonomi.

Plastik adalah salah satu contoh yang paling nyata. Saat ini, masih banyak aktivitas manusia pada umumnya di sekitar kita yang bersentuhan dengan plastik. Contoh lainnya misalnya penggunaan batu baterai. Ketika batu baterai sudah tidak digunakan, maka menjadi sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Sampahnya masih dihasilkan sehingga penanganannya yang perlu dipikirkan agar tidak menimbulkan pencemaran.

3. Gerakan Penanggulangan

Sesuatu yang sudah terjadi tetapi dapat dihentikan. Misal, pada musim hujan terjadi banjir. Maka saat itu juga harus segera ditanggulangi, karena kondisi darurat.  Meskipun setelah kejadian, dilakukan pencegahan dan penanganan (pengendalian) dengan menelusuri sebab-sebabnya.

Talkshow Hari Lingkungan Hidup PAKAI

Para peserta Talkshow Hari Lingkungan Hidup.

Dalam konteks ini, GOLEKS adalah gerakan penanganan. Mencoba mengubah wujud sampah, memperpanjang daur hidup sampah itu menjadi sesuatu lain yang lebih berguna melalui proses daur ulang.

Bukan Satu-satunya

Pada hari yang sama, Sub Seksi Lingkungan Hidup Paroki Pinang juga mengajak umat untuk mengikuti Talkshow Hari Lingkungan Hidup. Talkshow ini menyajikan berbagai alternatif cara untuk bisa melakukan “pertobatan ekologis” sesuai dengan cara yang cocok dengan kita.

Ibu Ani Rahardjo PAKAI

Ibu Ani Rahardjo.

Ibu Ani Rahardjo dari Community-Supported Agriculture bercerita tentang bagaimana kita bertobat lewat makanan yang lebih sehat dan berkeadilan. Makan makanan organik tanpa pestisida dan sedapat mungkin kita mengambil sayur-sayuran dari petani terdekat untuk mengurangi jejak karbon. Jika dimungkinkan, kita juga membeli sayur-sayuran tersebut langsung dari petani dengan harga yang layak.

Ibu Rossy PAKAI

Ibu Rossy.

Pembicara kedua, Ibu Rossy, menunjukkan ada banyak sekali cara yang dapat kita lakukan untuk mulai hidup lebih ramah lingkungan. Gerakan-gerakan nyata yang dapat kita lakukan, bisa dimulai dari individu, komunitas, keluarga, dan masyarakat. Cara-cara praktis yang beliau tawarkan misalnya dengan hal sederhana seperti membawa botol minum sendiri, menghindari membeli makanan menggunakan styrofoam, dan mengurangi penggunaan plastik. Di dalam kelompok yang lebih besar, misalnya di Gereja, kita bisa menerapkan eco-green decoration untuk menghias altar. Di dalam masyarakat, kita bisa terlibat dalam kegiatan bank sampah. Intinya, bahwa kita dapat mengandalkan kreatifitas kita untuk bisa hidup lebih ramah lingkungan.

Mbak Angel kopi PAKAI

Mbak Angel.

Pembicara berikutnya dari GROPESH, yang disampaikan oleh Mbak Angel (Ketua GROPESH), mengajak orang muda lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan peduli lingkungan hidup. GROPESH yang ternyata sudah berdiri sejak tahun 2007 ini, secara rutin mengadakan kegiatan-kegiatan yang bertema peduli lingkungan. Tidak hanya untuk OMK saja, tetapi kegiatan ini juga terbuka untuk masyarakat umum.

77ddbfa5-80c8-4dde-98c0-dd85102410a2 PAKAI

Romo Kristiono Puspo menampilkan hasil karya berbahan plastik HDPE.

Pembicara terakhir tidak kalah menarik, yaitu Rm. Christoforus Kristiono Puspo, SJ dari ATMI Cikarang. Romo Kris, demikian sapaan akrabnya, menampilkan hasil-hasil karya dari bahan plastik HDPE (High Density Polyethylene) yang diolah oleh mahasiswa-mahasiswa ATMI CIkarang. Plastik jenis HDPE yang diolah itu dapat dibentuk menjadi meja, kursi, rosario, salib, tempat sampah, mangkok, termasuk juga dapat menjadi lukisan yang Indah dan menarik. Tidak hanya mengolah menjadi barang yang dapat digunakan kembali, hasil dari penjualan barang-barang ini digunakan untuk beasiswa mahasiswa ATMI yang datang dari berbagai daerah. Ini sungguh menyadarkan kita, bahwa lewat hal kecil dan sederhana seperti kolekte sampah, kita telah membawa makna lain untuk banyak orang.

Maka, marilah bergerak bersama melakukan pertobatan ekologis dengan cara-cara yang paling sesuai dengan kita. Kita tidak perlu menjadi ekstremis, tetapi cukup berproses secara dinamis dalam mewujudkan cinta kita terhadap alam ciptaan Tuhan.

Selamat Hari Lingkungan Hidup!

 

Sakura Indah Sari

Ketua Seksi Keadilan & Perdamaian

Paroki Pinang-Gereja Santa Bernadet

Foto-foto: SKP


Berikut ini contoh-contoh karya lukisan berbahan plastik bekas:

4c72b6b0-ffc5-47c8-9929-05b72b3f154f PAKAI

 

9dbee875-f3bf-44b8-acbf-d808b3daf441PAKAI

 

323e0530-3844-4714-a192-a175b31da543 PAKAI

 

788c6e41-e3f6-41a5-9e34-aa658c3ce945 (1)PAKAI

Tags
LH

Facebook Sanberna

Twitter Sanberna