Para peserta Pelatihan Bahasa Isyarat Paroki Pinang.
Sie Katekese Gereja Santa Bernadet menyelenggarakan Pelatihan Bahasa Isyarat untuk Umat Berkarunia Khusus (UBK) tuli pada tanggal 4, 11, dan 25 Februari 2024, di Aula Gereja Pinang. Pesertanya adalah para pemerhati UBK sebanyak 40 orang dari Wilayah atau Lingkungan dan yang lain.
Dengan pelatihan tersebut Sie Katekese berharap, Gereja St Bernadet menjadi Gereja Inklusi, yaitu nantinya ada Perayaan Ekaristi umum bersama umat yang ada bahasa isyaratnya. Dengan demikian teman-teman UBK tuli bisa ikut serta bersyukur dan memuliakan Tuhan di dalamnya bersama umat lain. Pemerhati yang ikut pelatihan tersebut dapat melayani UBK dengan bahasa isyarat yang mereka pelajari.
Para pemerhati UBK berlatih agar siap melayani.
Seperti kita ketahui bersama, bahasa adalah suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam membangun relasi baik terhadap sesama maupun terhadap Tuhan dan bagi umat tuli. Bahasa Isyarat adalah penghubung dalam mendapatkan dan menyampaikan informasi yang tepat bagi saudara-saudara UBK tuli
Berdasarkan daftar di Link Google yang disebar ke Wilayah/Lingkungan, ke-40 orang yang hadir sebagi peserta pelatihan tersebut datang dari 16 Lingkungan/Wilayah plus 2 peserta dari Paroki Keluarga Kudus Rawamangun dan Paroki Santa Maria PR.
Pak Frans Dwi Susanto, salah satu pelatih.
Ada 2 pelatih yang melayani pelatihan Bahasa Isyarat di Gereja Bernadet tersebut. Pertama Bp Frans Dwi Susanto, seorang pegiat profesi dan pelatih yang rutin memberikan pelayanannya di sejumlah Gereja termasuk Gereja Katedral KAJ, dan juga melayani paguyuban UBK tuli dalam perayaan Ekaristi. Dia adalah pendiri Mitra Setara dan Indosign Language Academy, yaitu Lembaga Pelatihan Juru Bahasa Isyarat (JBI). Sementara pelatih kedua adalah Bp Asing, seorang guru yang dia sendiri juga tuli.
Dengan penuh perhatian mengikuti instruktur.
1. Manfaat dan mengapa penting belajar bahasa isyarat baik untuk diri sendiri maupun untuk pelayanan terhadap Sahabat Tuli.
2. Belajar Alfabet Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia)
3. Doa Bapa Kami (Bahasa Isyarat)
Foto bersama dua pengajar (tengah).
Pada hari ke-2 diajarkan:
1. Mengenal Budaya Tuli dan Bagaimana Berkomunikasi dengan Sahabat Tuli.
2. Kosa Isyarat Angka dan Penunjuk Waktu dan Orang.
1. Belajar Lagu Ordinarium Misa Kita II dan Masa Prapaskah, baik dari lagu bahasa Indonesia maupun bahasa Latin.
2. Bahasa Isyarat Penanya dan Warna. Dilanjutkan dengan praktek berdialog dengan Guru Tuli dan tanya jawab Warna Liturgi dalam Bahasa Isyarat.
Para pemerhati UBK peserta pelatihan tetap semangat.
1. Program ini bisa dilanjutkan kembali secara lebih intensif agar Paroki Pinang dapat memiliki Tim Pelayan Bahasa Isyarat yang mandiri.
2. Adanya Misa Inklusi(f) secara reguler. Karena selain untuk memberikan perhatian lebih khusus kepada UBK, kegiatan ini bisa menjadi ajang praktek dan mendukung pengembangan kemampuan para peserta pelatihan Bisindo Katolik yang selama ini sudah belajar.
3. Melibatkan umat, khususnya OMK, dalam pelayanan UBK agar semakin banyak kader potensial untuk membangun Gereja yang inklusif.
Flyer pelatihan bahasa isyarat.
4. Selain untuk pelayanan di Gereja semoga tim Pelayan Bahasa Isyarat bisa mendukung kebutuhan layanan bahasa Isyarat bagi Paroki lain atau masyarakat umum di sekitar paroki.
5.Harapan dari Ketua Sie Katekese Paroki Pinang, semoga bisa diadakan Misa Inklusi minimal satu bulan sekali, agar para UBK, khususnya Sahabat Tuli yang sudah dibaptis dan tinggal di wilayah Paroki dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dan dapat menyambut Komuni Kudus.
Klik SEGITIGA PUTIH, dan segera klik tulisan Youtube di kanan bawah untuk terhubung ke Youtube.
Teks: Theresia Eka Murti-Ketua Sie Katekese/ Foto-foto: Sie Katekese/ Video: Sie Katekese/ Youtube Uploader: Steven Andika