Peserta mengikuti gerakan-gerakan untuk melayani UBK Autis.
Program Pelatihan untuk Pemerhati/Pelayan Umat Berkebutuhan Khusus (UBK) di Paroki Pinang telah dilaksanakan dua kali. Mengingat telah terdata UBK di Wilayah dan Lingkungan, Paroki Pinang sudah semestinya membutuhkan para Pemerhati/Pelayan tersebut. Tujuannya agar mereka dapat menyambut dan membimbing UBK di dalam Gereja St Bernadet.
Pemerhati/Pelayan UBK ini telah mengikuti Pelatihan untuk Pemerhati UBK Autis dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) 3 Maret 2024 dan 12 Mei 2024.
Penjelasan tentang arti ADHD.
Peserta pelatihan tersebut 25 orang yang penuh semangat. Sedangkan pelatih/ narasumber dihadirkan dari KAJ, yaitu Kak Dena Sukianto (katekis) dari Paroki Blok Q dan Pak Yohanes Edi, seorang Psikolog UBK beserta tim lainnya. Banyak pengalaman narasumber yang didengarkan oleh Pemerhati/Pelayan UBK dengan penuh perhatian dan semangat.
Didahului doa bersama, dalam pertemuan pertama Kak Dena Sukianto memberikan kesaksiannya dalam pelayanan kepada UBK, dan menjelaskan bagaimana pertama-tama pelatihan Pemerhati UBK dilaksanakan. Ia juga memberikan simulasi pengajaran kepada peserta.
Dan dalam pertemuan kedua, pelatihan yang dimulai dan dipimpin oleh Kak Dena peserta diajak berdoa serta mempraktikkan pelayanan kepada UBK tersebut dan sharing pengalaman menjadi katekis UBK. Ia juga menceritakan pengalaman mengadakan Komuni Pertama untuk UBK di Gereja Blok Q, dengan melibatkan para volentir yang kebanyakan kaum muda. Lalu ia juga sharing pengalaman pelayanan di pedalaman Kalimantan.
Dalam pelatihan pertama dan kedua narasumer menjelaskan bagaimana Anak atau UBK yang menderita Autis serta ADHD. Pak Yohanes Edi adalah seorang kepala sekolah untuk Anak berkebutuhan khusus. Ia menjadi pemerhati Anak berkebutuhan khusus terutama karena pengalaman pribadinya sebagai orangtua anak berkebutuhan khusus, sehingga sangat penuh perhatian dalam melayani.
Pak Yohanes Edi sedang memaparkan materi.
Pak Yohanes Edi memperkenalkan ciri-ciri anak yang mengalami gangguan ADHD, Autis dan Down Syndrome, berikut kebiasaan dan cara berkomunikasi dengan mereka.
Autisme, jelas Pak Edi, adalah gangguan perkembangan kompleks yang gejalanya sudah muncul sebelum anak berusia 2 tahun. Intinya terjadi gangguan pada perkembangan syaraf yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Akibatnya anak sulit berinteraksi atau berkomunikasi, serta mengalami gangguan dalam berperilaku.
(Menurut salah satu sumber digital—halodoc.com—sebenarnya kelainan tersebut bukanlah penyakit, tetapi untuk anak autis kondisi saat otak bekerja berbeda dengan orang lain. Penyandang kelainan ini dapat mengalami kesulitan memahami apa yang orang lain pikirkan dan rasakan.—Red).
Itulah sebabnya, berdasarkan penjelasan Pak Edi, para pemerhati UBK diharapkan mendapat inspirasi dan menyadari perlunya mendapatkan pelatihan sebagai bekal dalam pendampingan anak atau UBK.
Peserta Pelatihan Pemerhati UBK Autis dan ADHD.
Narasumber berikutnya adalah voluntir dari Paroki Blok Q dan Paroki Kedoya. Kedua voluntir itu memberikan sharing pengalaman permulaan menjadi voluntir UBK di paroki masing-masing dan kemudian bergabung dengan Tim UBK Kak Dena.
Selaku Ketua Katekese Paroki Pinang, Ibu Theresia Eka Murti berharap agar teman-teman pemerhati UBK paroki ini mau menyambut dan menemani para UBK dalam mengembangkan iman Katolik mereka. Hal ini memang tidak mudah tetapi dengan kemauan serta rasa belas kasih yang tinggi kita dapat menjalankan pelayanan yang maksimal.
Teks: There EM, Maria Hartinah/ Foto-foto: Sie Katekese