Peserta Fun Crafting Shibori dan hasil karya mereka.
Ada aktivitas yang berbeda, pada Sabtu, 23 Agustus 2025 lalu, di Balai Bernadet dan parkiran mobil. Para wanita mulai berkumpul, tersedia pula beberapa ember besar dan tali untuk jemuran baju. Pagi itu, Wanita Katolik Republik Indonesia Cabang Santa Bernadet menggelar workshop Fun Crafting Shibori.
Andrea Asri, mentor di workshop ini mengatakan, teknik shibori ini dipilih, karena relatif mudah dilakukan, dan langsung kelihatan hasilnya. Ide awal menggelar workshop ini adalah untuk memberi warna baru pada pakaian yang sudah lama atau usang.
”Daripada terbuang, baju yang sudah tak terpakai bisa disulap menjadi karya penuh warna dengan teknik sederhana,” tutur Andrea yang merupakan pengurus Bidang Pendidikan Dewan Pengurus Cabang Wanita Katolik RI Santa Bernadet ini.
Andrea Asri saat mengisi pelatihan shibori.
Upaya memberi warna baru itu, selain mengurangi limbah tekstil, pelatihan ini juga membuka ruang kreativitas. Dengan begitu, menurut Andrea, bisa memberi inspirasi bahwa gaya tidak selalu harus membeli yang baru, tapi bisa lahir dari keberanian berkreasi dengan apa yang sudah ada.
Shibori sendiri, sudah cukup familiar dengan masyarakat Indonesia. Di masing-masing daerah, sejak lama juga sudah dikenal teknik pewarnaan dan penciptaan motif dengan teknik yang mirip shibori. Misalnya saja, teknik jumputan dari Jawa dan sasaringan dari Kalimantan.
Workshop bertema shibori ini, ternyata juga direspon dengan sangat baik oleh umat. ”Pelatihan ini sangat diminati, bahkan ada pula umat dari paroki lain,” kata Theresia Astati Noverita, Koordinator Bidang Pendidikan Dewan Pengurus Cabang Wanita Katolik RI Santa Bernadet. Tercatat 80 peserta mengikuti workshop dengan tema Fun Crafting Shibori ini.
Semangat mengantre untuk mewarnai kain.
Penciptaan motif shibori dalam workshop ini, menurut Theresia Astati, ditargetkan selesai dalam waktu 2 jam. Itu termasuk pengenalan metode shibori dan pewarnaan.
Antusiasme peserta tampak sepanjang workshop berjalan. Idealnya, kata Andrea, satu orang bisa sekaligus membawa beberapa baju atau kain untuk diwarnai menjadi shibori. “Tapi karena waktu dan tenaga mentornya terbatas, jadi banyak juga pertanyaan peserta yang tidak terjawab dengan lengkap,” kata Andrea yang juga merupakan Chief Marketing Officer Gendhispasir, clothing brand yang sudah berdiri sejak 2011 ini.
Dalam membuat shibori, sambung Andrea, ada tiga kunci supaya motifnya bagus. Yakni, kain harus katun, ikatan yang kuat, dan pewarna sesuai aturan. ”Shibori dikatakan gagal kalau ikatannya tidak kuat, sehingga pewarna masuk dan merusak motif yang dimaksud,” kata dia.
Proses pewarnaan sibori.
Nah, semua proses, dari membentuk motif dengan mengikat, memberi warna dasar, dan pencelupan, biasanya makan waktu 1 jam. Malah, kata Andrea, ”Bisa 30 menit kalau sudah jago!”
Dhanie, peserta dari Paroki Santa Maria Regina Bintaro yang ikut bergabung dalam Fun Crafting Shibori ini, mengaku cukup terbantu selama ikut pelatihan. ”Karena saya belum pernah ikut pelatihan shibori dan ingin punya pengalaman juga,” tutur Dhanie, yang mendapat informasi tentang pelatihan ini dari pengumuman gereja.
Kendati merasa hasil shiborinya belum maksimal, Dhanie bilang ingin lebih intens lagi berlatih mewarnai shibori. Sedikit masukan darinya, ”Mungkin jika pelatihan shibori diadakan dalam kelompok-kelompok kecil, hasilnya akan lebih maksimal.” (Teks & Foto: Humas DPC Wanita Katolik RI Santa Bernadet)