Menjadi anggota tim dekorasi altar itu harus “sumbu panjang”. Maksudnya harus sabar dan bisa menahan diri.
Anggota tim dekorasi altar bekerja atas dasar rasa senang dan suka rela. Kegiatan itu bisa menyalurkan hobi, sarana sosialisasi dan komunikasi dengan teman-teman satu minat.
Namun tim dekorasi altar bukanlah tempat orang mencari zona nyaman meskipun pekerjaannya bisa mengasyikkan. Sebaliknya, unsur terpenting dalam tim adalah pelayanan.
Dalam struktur organisasi Paroki Ciledug, subseksi dekorasi altar berada di bawah koordinasi Seksi Liturgi. Pelayanan mereka tidak hanya dalam bentuk pembuatan dekorasi altar untuk liturgi ekaristi regular/mingguan tetapi juga—sejauh diperlukan—untuk misa pernikahan.
Pesan pastoral Koferensi Waligereja Indonesia (KWI) 2012 tentang ekopastoral mendorong Gereja agar semakin peduli pada keutuhan ciptaan. Tim dekorasi menerjemahkan pesan ini dalam dekorasi yang ramah lingkungan. Konkretnya, misalnya, semakin banyak menggunakan tanaman hidup dan mengurangi bunga potong.
Meskipun keanggotaan tim dekorasi bersifat sukarela, tidak mudah menjaring orang-orang untuk ikut serta. Tim dekorasi St Bernadet pernah beranggotakan 25 orang, tetapi kini tinggal 10 orang, karena berlaku seleksi alam.
Kalau suka rela, lalu apa yang dicari? Memperoleh kepuasan batin karena bisa sedikit ikut menyiapkan altar menjadi indah untuk menghadap Tuhan. Apapun yang terjadi selalu membawa suka cita.
Walaupun begitu, sejak awal anggota baru akan diingatkan bahwa menjadi anggota tim dekorasi harus punya “sumbu panjang” karena tidak sedikit orang yang akan berkomentar, baik atau buruk hasilnya pasti akan dikomentari.
Membuat dekorasi altar untuk misa pernikahan berbeda dengan dekorasi misa reguler karena dasarnya adalah kesepakatan antara pasangan calon pengantin dan tim dekorasi. Artinya sudah melibatkan orang di luar tim dekorasi.
Kesepakatan tersebut terutama tentang (warna) bunga, yang pada gilirannya akan menyangkut masalah finansial. Semakin langka bunga, harga akan semakin mahal. Tim dekorasi biasanya menawarkan warna dominan putih karena akan memberi kesan sakral di samping harga terjangkau.
Meski begitu, tim dekorasi St Bernadet selama ini pernah mengerjakan, selain putih, merah, kuning, pink, dan salem. Ada yang pernah minta dominasi warna biru, sehingga mencarinya sangat sulit dan, kalaupun ada, mahal sekali.
Persoalan bisa muncul ketika pasangan calon pengantin tidak paham harga bunga. Maunya dekorasi dengan bunga-bunga bagus tetapi maunya dengan harga murah. Bukan tak pernah terjadi bahwa tim dekorasi dituduh “berbisnis di gereja”. Di sinilah, perlu “sumbu panjang”.
Jika pasangan tidak bisa mengerti juga, persoalan akan dibawa ke pastor paroki langsung karena semuanya sudah ada paket-paket standarnya.
Yang perlu diingat, dalam prosedur penerimaan Sakramen Pernikahan Gereja Katolik, dekorasi bunga altar—meskipun hanya bagian kecil dari seluruh rangkaian proses besar—tetap harus dipikirkan anggarannya.
Teks: Maria, ps/ Foto-foto: Tim Dekorasi St Bernadet